Jumat, 30 September 2011

Hubungan Etika Lingkungan dengan Iman dan Taqwa


                Dilihat dari segi bahasa etika lingkungan mempunyai hubungan dengan keimanan dan ketakwaaan. Etika yang berasal dari bahasa Yunani diartikan sebagai perintah dan larangan atau pedoman hidup dalam arti luas yang berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik. Sedangkan iman berati mempercayai dan takwa berarti menjauhi larangan-Nya dan melaksanakan perintah-Nya yang mana keduanya pasti mengarah kepada hal-hal yang baik juga.
Manusia diciptakan oleh Allah SWT. sebagai khalifah di muka bumi ini. Hanya manusia lah yang diberikan otak beserta akal fikirannya sedangkan makhluk lain, seperti tumbuhan dan hewan hanya diberikan otak saja namun tidak dengan akal fikirannya. Hal ini sesuai dengan teori etika lingkungan yaitu terori Antroposentrisme dimana teori ini mengatakan bahwa manusia adalah pusat di alam ini. Oleh karena itu manusia harus menjadi khalifah yang bijaksana. Ambillah segala hal yang dibutuhkan untuk kehidupan dari alam namun jangan lupa untuk melestarikannya.
          Keimanan dan ketakwaan seseorang juga dapat berpengaruh kepada sikapnya terhadap alam ini. Manusia yang beriman akan bersikap sebijaksana mungkin terhadap alam ini, karena mereka menyadari bahwa mereka diciptakan sebagai khalifah di muka bumi ini yaitu untuk menjaga bumi ini dari kerusakan. Selain itu dikatakan bahwa “kebersihan sebagian dari iman”. Orang yang beriman akan menjaga kebersihan lingkungannya sebaik mungkin. Mereka tidak akan membiarkan lingkungannya tercemari. Merusak alam juga termasuk kedalam perbuatan dosa. Mereka yang beriman dan bertakwa akan selalu berusaha menjauhi hal-hal yang mengakibatkan dosa.
          Sedangkan mereka yang tidak memiliki iman dan takwa akan dengan seenaknya mengeksploitasi bumi ini hanya karena keserakahannya. Mengapa dikatakan serakah? Karena mereka tidak memikirkan kehidupan generasi sesudah mereka dan malah menghabiskan sumber daya alam ini untuk diri sendiri. Mereka juga tidak memikirkan apakah alam ini akan rusak apabila tidak dilestarikan, mereka hanya memikirkan yang penting kehidupan mereka sekarang terpenuhi. Mereka tidak akan pernah berfikir apakah merusak alam itu adalah termasuk perbuatan dosa? Kalaupun mereka menyadari itu, mereka akan berfikir itu adalah urusan nanti di akhirat.
          Pada dasarnya segala sesuatu itu perlu dilandasi dengan keimanan dan ketakwan. Dengan iman dan takwa yang kuat, kita akan sulit terjerumus kepada hal-hal yang tidak baik seperti merusak alam. Kita juga tidak akan egois dengan mengeksploitasi alam sebanyak-banyaknya untuk kehidupan sekarang tanpa memikirkan kehidupan generasi selanjutnya. Dan yang paling penting adalah kita dapat menjauhi hal-hal yang mengakibatkan dosa yang juga akan mengakibatkan kita disiksa di neraka.
Permasalahannya adalah, meskipun adanya dokrin yang dimiliki oleh setiap agama lewat teks sacral nya untuk pelestarian alam, manusia lebih banyak lupa untuk mempraktekannya. Disinilah tantangan bagi para agamawan untuk menyadarkan para penganutnya bagaimana “membumikan” nilai-nilai sacral ke dalam kehidupan real di masyarakat, dalam hal ini bagaimana meningkatkan kesadaran pemeluk agama untuk pelestarian alam. Bukankah manusia adalah khalifah di muka bumi? Jadilah khalifah yang bijaksana, yang memanfaatkan alam ini dengan sebaik-baiknya dan tidak lupa untuk melestarikannya.

1 komentar:

  1. inget tugas remed ku ini malem-malem begadang merangkai kata untuk bikin ini u,u

    BalasHapus